PENDAHULUAN
Ilmu kalam, filsafat dan tashawuf mempunyai memiliki kemiripan obyek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tashawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari aspek obyek ketiga ilmu itu membahas yang berkaitan dengan ketuhanan.
Baik ilmu kalam, filsafat maupun tashawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia atau tentang Tuhan. Sementara itu tashawuf dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan kebenaran spiritual menuju Tuhan. Dalam kaitannya dengan ilmu kalam itu tashawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati (dzauq dan wijjan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku kedua ilmu ini.
Keduanya memiliki hubungan yang kuat bahwasanya ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tashawuf. Ilmu tashawuf juga memiliki fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam. Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara ilmu kalam dengan tashawuf alangkah baiknya menengok paparan Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Asma Al-Husna, Al-Ghazali telah menjelaskan dengan persoalan tauhid kepada Allah. Dengan demikian, ilmu tashawuf merupakan penyempurnaan ilmu kalam, jika dilihat bahwa ilmu tashawuf merupakan sisi terapan rohaniyah dari ilmu kalam, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif.
HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN SYARIAT
Dalam bentuk (struktur) Islam, ilmu kalam itu dasar diatasnya dibangun syari’at. Dalam Islam tanpa kalam sebagaimana syari’at tidak bisa subur dan berkembang kalau tidak di bawah lindungan akidah. Maka syari’at tanpa ilmu kalam tak ubahnya bagai bangunan yang tergantung di awang-awang tiada mempunyai sandaran kekuatan moral, yang memberikan ilham supaya syari’at dihormati, dipatuhi dan dijalankan semestinya tanpa memerlukan bantuan kekuatan manapun selain dari perintah jiwa sendiri.
Maka teranglah akidah dan syari’at memerlukan hubungan dan jalinan yang erat, sehingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Akidah pokok dan pendorong bagi syari’at. Sedang syari’at merupakan jawaban dan sambutan dari panggilan jiwa yang ditimbulkan oleh akidah. Dengan terjadilah jalinan yang erat ini, terbentanglah jalan menuju keselamatan yang telah disediakan Tuhan untuk hambanya yang beriman. Maka dengan demikian, orang yang beriman dan mempunyai akidah, tetapi menyampingkan syari’at (meninggalkan amal shaleh) atau hanya mematuhi syari’at tetapi tidak menjunjung akidah maka orang itu bukanlah seorang muslim sejati dalam pandangan Tuhan. Orang itu bukan pula berjalan di sepanjang hukum Islam menuju keselamatan dan kejayaan.
HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN AL-QUR’AN
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya QS. Al-Ikhlas (112): 3-4, Ayat ini menunjukkan bahwa :” “Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak ada sesuatupun di dunia ini yang tampak sejajar dengan-Nya”
Ayat di atas berkaitan dengan dzat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterprestasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan itu di sistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.
Dengan demikian, ilmu kalam dengan Al-Qur’an adalah ilmu yang saling berketerkaitan yang tidak bisa dipisahkan, karena sumber dari ilmu kalam adalah Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an sendiri di dalam isinya banyak membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan baik berupa dzat, sifat, asma, perbuatan dan tuntunan sedangkan ilmu kalam juga membahas keesaan Allah swt.
HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT ISLAM
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu ketuhanan dan keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian intelektual. Seperti halnya Dr. Fuad Al-Ahwani dalam bukunya filsafat Islam tidak setuju kalau sama dengan ilmu kalam.
Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah swt. Dan sifat-sifatnya serta hubungannya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syari’at-Nya. Obyek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah swt. Sebagaimana aliran materialisme.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya ilmu kalam dan filsafat tidak memiliki hubungan karena obyek kajiannya berbeda. Kalam obyek kajiannya lebih mendasar pada ketuhanan sedangkan filsafat Islam objek kajiannya tentang alam manusia yang berada pada syari’atnya.
TITIK PERBEDAAN ANTARA ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASHAWUF
Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodenya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai apologinya. Ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang mempertahankan melalui argumen-argumen rasional, sebagian ilmuan berpendapat ilmu ini keyakinan-keyakinan kebenaran agama, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional, metode yang digunakan adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuahkan akal budi secara radikal dan integral serta universal. Tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Adapun ilmu tashawuf adalah ilmu yang menekankan dari pada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tashawuf sangat distingtif. Sebagai ilmu yang prosesnya diperoleh oleh rasa, ilmu tashawuf bersifat sangat subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya bahasa tashawuf aneh bila dilihat dari aspek rasio, hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.
TITIK PERSAMAAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASHAWUF
Ketiganya mempunyai obyek kemiripan. Obyek ilmu kalam ketuhanan dan yang berkaitan dengan-Nya. Obyek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu obyek kajian tashawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi dilihat dari aspek obyeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen). Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tashawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran yang rasional.
PENUTUP
Hubungan antara ilmu kalam, filsafat dan tasawuf terletak pada aspek metodologinya;
Ilmu kalam, sebagaimana ilmu yang mengunakan logika di samping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai ketuhananya. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakian-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, Seta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengambarkan atau mengalana) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal tidak merasa terikat oleh ikatan apapun kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.
Adapun ilmu tasawwuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagai sebuah ilmu yang perosesnya di peroleh dari rasa, ilmu tasawwuf bersipat subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengakaman seseorang. Di lihat dari aspek aksiologi (manfaatya), Ilmu kalam diantaranya berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal tuhan secara rasional.
Adapun filsafat, lebih berperan sebagai ilmu yang lebih berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan kajian langsung. Adapun tasawwuf lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasio secara bebas karena tidak mempeoleh yang ingin di carinya.
Ilmu kalam, filsafat dan tashawuf mempunyai memiliki kemiripan obyek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tashawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari aspek obyek ketiga ilmu itu membahas yang berkaitan dengan ketuhanan.
Baik ilmu kalam, filsafat maupun tashawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia atau tentang Tuhan. Sementara itu tashawuf dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan kebenaran spiritual menuju Tuhan. Dalam kaitannya dengan ilmu kalam itu tashawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati (dzauq dan wijjan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku kedua ilmu ini.
Keduanya memiliki hubungan yang kuat bahwasanya ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tashawuf. Ilmu tashawuf juga memiliki fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam. Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara ilmu kalam dengan tashawuf alangkah baiknya menengok paparan Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Asma Al-Husna, Al-Ghazali telah menjelaskan dengan persoalan tauhid kepada Allah. Dengan demikian, ilmu tashawuf merupakan penyempurnaan ilmu kalam, jika dilihat bahwa ilmu tashawuf merupakan sisi terapan rohaniyah dari ilmu kalam, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif.
HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN SYARIAT
Dalam bentuk (struktur) Islam, ilmu kalam itu dasar diatasnya dibangun syari’at. Dalam Islam tanpa kalam sebagaimana syari’at tidak bisa subur dan berkembang kalau tidak di bawah lindungan akidah. Maka syari’at tanpa ilmu kalam tak ubahnya bagai bangunan yang tergantung di awang-awang tiada mempunyai sandaran kekuatan moral, yang memberikan ilham supaya syari’at dihormati, dipatuhi dan dijalankan semestinya tanpa memerlukan bantuan kekuatan manapun selain dari perintah jiwa sendiri.
Maka teranglah akidah dan syari’at memerlukan hubungan dan jalinan yang erat, sehingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Akidah pokok dan pendorong bagi syari’at. Sedang syari’at merupakan jawaban dan sambutan dari panggilan jiwa yang ditimbulkan oleh akidah. Dengan terjadilah jalinan yang erat ini, terbentanglah jalan menuju keselamatan yang telah disediakan Tuhan untuk hambanya yang beriman. Maka dengan demikian, orang yang beriman dan mempunyai akidah, tetapi menyampingkan syari’at (meninggalkan amal shaleh) atau hanya mematuhi syari’at tetapi tidak menjunjung akidah maka orang itu bukanlah seorang muslim sejati dalam pandangan Tuhan. Orang itu bukan pula berjalan di sepanjang hukum Islam menuju keselamatan dan kejayaan.
HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN AL-QUR’AN
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya QS. Al-Ikhlas (112): 3-4, Ayat ini menunjukkan bahwa :” “Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak ada sesuatupun di dunia ini yang tampak sejajar dengan-Nya”
Ayat di atas berkaitan dengan dzat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterprestasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan itu di sistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.
Dengan demikian, ilmu kalam dengan Al-Qur’an adalah ilmu yang saling berketerkaitan yang tidak bisa dipisahkan, karena sumber dari ilmu kalam adalah Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an sendiri di dalam isinya banyak membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan baik berupa dzat, sifat, asma, perbuatan dan tuntunan sedangkan ilmu kalam juga membahas keesaan Allah swt.
HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT ISLAM
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu ketuhanan dan keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian intelektual. Seperti halnya Dr. Fuad Al-Ahwani dalam bukunya filsafat Islam tidak setuju kalau sama dengan ilmu kalam.
Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah swt. Dan sifat-sifatnya serta hubungannya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syari’at-Nya. Obyek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah swt. Sebagaimana aliran materialisme.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya ilmu kalam dan filsafat tidak memiliki hubungan karena obyek kajiannya berbeda. Kalam obyek kajiannya lebih mendasar pada ketuhanan sedangkan filsafat Islam objek kajiannya tentang alam manusia yang berada pada syari’atnya.
TITIK PERBEDAAN ANTARA ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASHAWUF
Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodenya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai apologinya. Ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang mempertahankan melalui argumen-argumen rasional, sebagian ilmuan berpendapat ilmu ini keyakinan-keyakinan kebenaran agama, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional, metode yang digunakan adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuahkan akal budi secara radikal dan integral serta universal. Tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Adapun ilmu tashawuf adalah ilmu yang menekankan dari pada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tashawuf sangat distingtif. Sebagai ilmu yang prosesnya diperoleh oleh rasa, ilmu tashawuf bersifat sangat subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya bahasa tashawuf aneh bila dilihat dari aspek rasio, hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.
TITIK PERSAMAAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASHAWUF
Ketiganya mempunyai obyek kemiripan. Obyek ilmu kalam ketuhanan dan yang berkaitan dengan-Nya. Obyek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu obyek kajian tashawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi dilihat dari aspek obyeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen). Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tashawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran yang rasional.
PENUTUP
Hubungan antara ilmu kalam, filsafat dan tasawuf terletak pada aspek metodologinya;
Ilmu kalam, sebagaimana ilmu yang mengunakan logika di samping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai ketuhananya. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakian-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, Seta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengambarkan atau mengalana) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal tidak merasa terikat oleh ikatan apapun kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.
Adapun ilmu tasawwuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagai sebuah ilmu yang perosesnya di peroleh dari rasa, ilmu tasawwuf bersipat subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengakaman seseorang. Di lihat dari aspek aksiologi (manfaatya), Ilmu kalam diantaranya berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal tuhan secara rasional.
Adapun filsafat, lebih berperan sebagai ilmu yang lebih berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan kajian langsung. Adapun tasawwuf lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasio secara bebas karena tidak mempeoleh yang ingin di carinya.
oke sip. izin copaste
ReplyDeleteGk usah izin, sok copas
DeleteNice
ReplyDeleteNinggal Jejak
ReplyDeleteYayaya
ReplyDeleteBro!
ReplyDeleteTeman teman
ReplyDeleteHey��
ReplyDeleteTayo
ReplyDeleteHalo, kamu joko ya?
ReplyDeleteBukan saya tetangganya
ReplyDeleteTolol
DeleteTolol
DeleteTolol
DeleteTolol
ReplyDeleteIzin membaca dan mengambil materi ustadz. Untuk penunjang informasi dalam mata kuliah
ReplyDelete